Jalan Pulang Yang Tak Akan Pernah Muncul

by
Jalan Pulang Yang Tak Akan Pernah Muncul
Jalan Pulang Yang Tak Akan Pernah Muncul

Karya : A. Adinda Bella Pratiwi

Sekelompok pria melakukan perjalanan menuju ke arah gunung dengan rencana untuk mencapai puncak bersama-sama. Siapa sangka, kedatangan mereka kesana menjadi awal kisah yang buruk bagi para pendaki. Mereka menggunakan 2 mobil untuk menuju ke arah hutan dengan perbekalan yang lebih dari mencukupi.

Saat sampai di gerbang, mereka memakai tas masing-masing. Perjalanan ini di ketuai oleh Daniel dan David. Mereka memandu teman-teman nya untuk berjalan, posisi mereka berbaris lurus, Daniel berada di posisi paling depan dan David berada di  posisi paling belakang. Setengah perjalanan mereka beristirahat untuk sementara waktu, mereka melihat hanya sedikit sekali orang yang datang menaiki gunung hari ini.

Setelah cukup beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai ke pos 2. Tapi dari arah belakang, Daniel mendengar keributan kecil. Ternyata itu dari Travis dan Justin mereka berdua saling menyalahkan satu sama lain karena tidak ada yang membawa tenda. Jadi hanya ada 2 tenda, 1 di bawa oleh david, dan satunya lagi di bawa oleh Arthur. Seharusnya ada 4 tenda yang mereka bawa. Namun karena Daniel merasa ini hal sepele, ia pun melerai mereka berdua dan menenangkan nya.

Ia berkata tidak usah khawatir, setiap tenda akan berisi 5 orang saja. Itu memungkinkan, namun tenda mereka tidak seluas itu. Semuanya masih berjalan dengan baik, hingga saatnya mereka lanjut ke pos 3. Mereka berjalan beriringan dengan semangat akan mencapai puncak bersama-sama. 8 jam berlalu sejak mereka meninggalkan pos 2, mereka  memutuskan untuk mendirikan tenda. Tenda pertama akan di tempati oleh Daniel, Jun, Jaden, David, dan Kevin. Sementara tenda kedua ditempati Arthur, Sam, Travis, Justin dan John.

Saat malam tiba, mereka memasak mie instan dan menikmati langit malam yang terang karena bintang. Tapi sayangnya momen itu terganggu karena tiba-tiba saja huja turun dengan sangat deras, mereka terpontang panting membereskan semua nya dan memasukkan barang-barang ke dalam tenda.

Keesokan hari nya, David terbangun lebih dulu dibanding yang lainnya. Ia mengecek situasi luar tenda yang basah karena hujan lebat semalaman. Ia berjalan menuju ke tenda kedua. Saat membuka nya, David terkejut. Bahan makanan yang tersusun rapi di tenda mereka tidak ada sama sekali. Semuanya sangat berantakan, dengan cepat David membangunkan semua yang ada di dalam tenda. Yang berhasil bangun adalah Sam, ia terkejut melihat bekas bungkusan mie tercecer dimana-mana, serta alat masak mereka yang tergeletak begitu saja.

Mereka berdua membangunkan seluruh teman mereka. Semuanya pergi ke tenda kedua melihat situasi, semua persediaan makanan lenyap. Tak ada yang tersisa.

“Apakah ada semacam babi hutan yang masuk ke tenda kalian semalam?” Tanya Jun.

“Kau sudah gila? Jika ada babi hutan yang masuk, mungkin saja tenda kami akan robek. Tapi hanya makanan saja yang menghilang, tentu ini aneh” jawab Travis.

Mereka setuju dengan Travis, tapi tidak mungkin juga makanan mereka menghilang secara tiba-tiba jika tidak ada yang mencuri nya. Tapi mereka pasrah, mereka semua hanya meminum air di botol mereka masing-masing. Perjalanan di lanjutkan setelah mereka membereskan tenda dan seisinya. Mereka berjalan pelan karena jalanan yang licin, sesekali salah satu dari mereka tergelincir.

Lalu secara tiba-tiba David berteriak dari belakang, semuanya menoleh. “Bagaimana kalau kita mencari makanan terlebih dahulu? Kita sudah berjalan selama 5 jam lama nya tapi belum sampai juga ke pos 3, jika memungkinkan ada beberapa orang yang turun ke pos 2 untuk mengambil barang-barang yang sempat kita tinggalkan tadi”.

Usulan David diterima semua orang, namun ada salah satu yang tidak menyetujuinya. “Tapi jika kita tidak bertemu lagi?” Itu Jaden.

“Kita akan bertemu kembali di tempat ini, kita akan mengetahui nya dengan ini” David menancapkan sebuah kayu lalu membalutnya dengan syal merah miliknya. Semuanya kembali setuju termasuk Jaden.

Mereka pun membagi 2 tim, tim pertama mencari makanan ke arah utara yaitu Daniel, Jun, Jaden, David dan Kevin, sementara sisanya yaitu tim kedua berjalan turun untuk kembali ke pos 2. Mereka pun mulai berpencar. Tim 1 mencari sumber mata air dan buah yang bisa di makan, lalu beberapa saat kemudian mereka menemukan danau yang sangat luas membentang. Dengan cepat mereka berlima berlari ke arah danau itu dan mengambil air lalu meminumnya, mereka juga memasukkan airnya ke dalam botol mereka.

Setelah merasa cukup lega, mereka kembali berjalan melewati danau itu. Namun baru berjalan sekitar 5 menit, mereka kembali ke tempat semula yaitu di danau. Daniel pikir mungkin mereka tadi salah berbelok arah dan kembali lagi. Jadi mereka memutuskan untuk tetap berjalan, sekali lagi 5 menit berlalu dan mereka tetap saja kembali ke arah danau. Menyadari ada yang tidak beres, David mengajak teman-temannya untuk istirahat sejenak.

Di sisi lain, tim kedua di pimpin oleh Sam tiba di pos 2. Mereka makan dan minum lalu mengambil beberapa persediaan untuk teman-temannya yang lain. Mereka pun berjalan naik kembali menuju tempat pertama mereka berlima berpisah. Tapi hujan turun secara tiba dan sangat deras, mereka berlari dan menemukan sebuah goa yang cukup luas. Mereka berencana untuk berteduh sebentar lalu melanjutkan perjalanan jika hujan mulai mereda.

Mereka dengan sabar menunggu tapi perut mereka sudah berbunyi, mereka pun membagikan roti untuk dinikmati bersama sebagai pengganjal perut.

“Keadaan teman-teman yang lain bagaimana, ya?” Tanya Arthur.

Semuanya hanya diam saja. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lalu Travis mengajak Justin sedikit menjauh, ia ingin membuang air kecil. Mendengar hal itu Justin tertawa dan meledek Travis yang meminta untuk menemani nya. Walaupun dia tertawa, tapi dia tetap menemani Travis tanpa memberitahukan kepada teman-temannya. Mereka berdua pergi menjauh ke dalam goa.

Sam yang menyadari Travis dan Justin menghilang, berteriak dan bertanya kepada teman-temannya. Mereka tidak ada yang melihat kemana Justin dan Travis pergi, berselang beberapa menit kemudian. Dari arah dalam goa yang paling dalam terdengar teriakan Travis dan Justin. Mereka meminta pertolongan, dengan panik mereka bertiga berlari ke arah suara Travis dan Justin.

Saat sampai disana, mereka semua melihat Travis yang di gigit kalajengking yang sangat besar, ukurannya sebesar wajah orang dewasa. Mereka semua yang ada disana panik setengah mati, Sam dan Arthur mencari kayu yang bisa mengusir hewan itu. Tapi Travis terlihat tak berdaya, sepertinya racun kalajengking itu menyebar dengan cepat di tubuh Travis. Untungnya hewan itu berhasil kabur setelah Sam menyiramkannya air.

Mereka berempat mendekati Travis pelan-pelan. Justin mulai menyentuh wajah dan tangan Travis yang membiru, kesadarannya mulai menghilang sedikit demi sedikit. Justin berusaha membuat Travis tetap terjaga, namun sayangnya, seluruh badan Travis menjadi lebam biru. Travis tewas karena gigitan kalajengking. Semua yang mengetahui bahwa Travis meninggal pun merasa sedih, salah satu sahabat mereka mati di saat mereka ingin menikmati perjalanan mereka.

Sam berkata, “Jus, biarkan tubuh Travis disana. Kita pun pasti tidak bisa membawa nya pulang dengan keadaan seperti itu”.

Setelah perkataan Sam itu, semua orang yang mendengarnya mulai meninggalkan tempat kematian Travis. Mereka semua merasakan duka kehilangan sahabat dekat mereka, tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa.

Di sisi lain—tim 1 beristirahat di dalam tenda dan menunggu hujan reda. Tapi perut mereka sangat lapar, Daniel dan David berusaha berjalan sekali lagi melewati hujan yang deras. Tapi tetap saja mereka kembali ke danau itu, mereka seperti di sesatkan dan danau itu yang menjadi titik tengah di sekitar jalanan yang mereka lewati.

Jaden yang sudah tidak bisa menahan rasa laparnya, keluar dari tenda dan ingin masuk ke dalam danau itu, harap-harap ada ikan yang ia dapat. Tapi tentu David melarang apa yang akan Jaden lakukan, namun ia tetap bersikeras untuk berenang mencari ikan. Kevin dan Daniel hanya diam melihat pertengkaran Jaden dan David, tapi secara diam-diam Jun mendapatkan sekantung blueberry yang banyak. Ia memakan nya dengan lahap di balik tenda, tak ada yang mengetahui nya.

Hingga hujan mulai mereda blueberry itu tak kunjung habis, “Sejak tadi aku terus memakan nya, tapi kenapa tidak habis? Aneh” ucap Jun.

Sementara ia berusaha menghabiskan nya tiba-tiba seluruh badan nya terasa sangat panas, Jun merasa tubuhnya terbakar oleh api yang tidak terlihat. Ia berteriak meminta tolong, David dengan yang lain dan di susul Jaden pergi ke belakang tenda dan melihat Jun. Disana terlihat Jun tergeletak lemas, seluruh kulitnya memerah. Daniel yang melihat itu pun segera mengecek apa yang Jun makan.

“Ini beracun” ucapnya.

Jun telah tiada. Karena keegoisan nya itulah yang membuatnya seperti ini. Yang lainnya hanya menghela napas berat, Jaden berpikir keras. Jika dia berenang mencari ikan, bisa saja mereka bisa makan. Tapi jika tidak ada ikan, dan hanya ada sesuatu yang belum di ketahui di dalam air, bisa saja menjadi maut bagi nya.

Tapi Jaden tetap ingin berusaha, apapun yang terjadi ia harus berjuang demi dirinya dan teman-temannya. Ia menceburkan dirinya ke dalam danau. Ia berenang lebih dalam, dan semua itu di saksikan oleh David. Ia marah, tapi sebenarnya ia takut Jaden terkena musibah. Beberapa detik berlalu sejak Jaden yang masuk ke dalam danau, ia muncul membawa seekor ikan yang sangat besar. Ia tertawa bangga dan menunjukkan nya ke teman-temannya.

David yang melihat Jaden, dengan cepat ia berteriak menyuruh Jaden keluar dari sana. Namun belum sempat Jaden menjawab, ada pusaran air yang sangat besar di dalam danau itu. Mereka yang melihatnya terkejut dengan itu juga Jaden tersedot masuk ke dalam pusaran itu, meninggalkan buih-buih di permukaan air. Daniel terdiam, ia berlari menuju ke arah danau dan melompat kesana. Baru saja terjun, ada gurita yang hampir sebesar danau itu melilit tubuh Daniel, dalam sekejap mata Daniel di telan hidup-hidup oleh gurita itu. David dan Kevin terduduk lemas, sisa mereka berdua saja. Ketiga sahabat mereka telah tiada, bagaimana kabar teman-teman mereka yang berpisah.

Mereka berpelukan dan saling menghangatkan tubuh satu sama lain. Keesokan hari nya di pagi hari, David membereskan semua alat camping nya bersama Kevin. Matanya sembab akibat menangis semalaman, Kevin yang sadar akan hal itu berkata,
“Jika saja kita tidak kemari, dan kembali pulang saat hujan itu turun, mungkin kita semua masih berkumpul bersama”.

Mendengar hal itu David hanya menatap Jaden, ia masih dalam situasi tidak bisa menerima kematian 3 temannya. Setelah semuanya sudah di bereskan, David dan Kevin mencoba berjalan dan menjauhi danau tersebut. Mereka berpegangan tangan untuk saling menguatkan satu sama lain, kejadian kemarin yang begitu mengejutkan mental mereka tak akan pernah mereka lupakan selamanya. Mereka telah berjalan selama 1 jam, dan tak ada tanda-tanda area danau, mereka berdua berbahagia dan berucap syukur.

Saat David melepaskan pelukannya, ia melihat samar-samar ada seseorang yang sangat mirip dengan Arthur. David berteriak, Kevin menoleh ke arah David melambai. Benar itu Arthur, wajah kelelahan, mata panda, pakaian yang lusuh. Itu yang mereka lihat dari keempat temannya. Mereka berlari memeluk secara bersamaan, melepas rindu kepada mereka. Hingga David menanyakan keberadaan Travis, saat mendengar penjelasan Sam, hati David teriris. Satu lagi temannya mati di hutan ini?

Kevin yang ada disitu pun menjelaskan situasi mereka berdua, mereka berempat tidak percaya akan hal ini namun Travis lah bukti dari ucapan itu. Hewan besar yang aneh, yang membuat teman-teman mereka mati. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali turun dan tidak melanjutkan perjalanan menuju ke puncak.

Di perjalanan mereka di terpa angin yang sangat kencang, hujan turun sangat deras. Hingga saat mereka melewati jalanan menurun Justin berkata, “Aku tidak yakin bisa bertahan, jika terjadi sesuatu padaku tinggalkan saja aku sendirian”.

David yang mendengar perkataan Justin pun menggelengkan kepala, dia meraih tangan Justin dan menguatkan nya. Mereka lanjut berjalan, tapi mereka berhenti dan melihat kondisi jalanan yang akan mereka lewati.

“Teman-teman, tolong jaga keselamatan kalian lebih dulu. Jika meleset sedikit saja kita akan terjatuh ke dalam jurang” ucap David memperingatkan semua temannya.

Namun tak di sangka-sangka, Justin tergelincir karena jalanan yang sangat licin. Ia mendadak oleng ke samping, dan tepat di belakang Justin ada David, ia segera menarik Justin ke dalam pelukannya, namun mereka berdua malah jatuh bersama ke dalam jurang yang sangat terjal. Hanya terdengar suara bebatuan yang jatuh, kini hanya sisa mereka berempat, Sam, Arthur, John dan juga Kevin. Mereka berjalan dengan sangat hati-hati melewati jalanan itu, mereka berhasil. Mereka telah melewati pos 2, namun saat sudah berada di hutan, tak ada gerbang yang dulu mereka lewati. Seolah-olah gerbang itu hanya terlihat jika kita datang, dan jika kita ingin pulang gerbang itu menghilang.

Sam menitikkan air mata, tidak menyangka bahwa semuanya akan sia-sia. Mereka ingat dengan jelas bahwa jalan yang mereka lewati saat ini tepat jalanan menuju keluar arah gerbang. Tapi ada ada jalan keluar satu pun, di sekeliling mereka hanya ada pohon besar. Mereka duduk dan berkumpul, membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan. Mereka saling menguatkan walaupun mereka tau, bahwa mereka terjebak untuk selama-lamanya disini. Tak ada manusia selain mereka, tak ada makhluk hidup selain mereka, tak ada suara selain deru napas mereka, mereka hanya ada untuk satu sama lain.

No More Posts Available.

No more pages to load.