Lantai 12

by
Lantai 12
Lantai 12

Karya : A. Adinda Bella Pratiwi

Disebuah apartemen yang terletak di tengah kota yang memiliki 12 lantai di dalamnya. Setiap orang yang menyewa, tidak ada satupun yang berani menyewa apartemen di lantai 12, kenapa itu bisa terjadi? Karena di awal pembangunan apartemen itu, ada 12 orang penyewa yang mati secara misterius setelah tinggal selama 1 minggu di lantai 12.

Kejadian ini berlangsung sejak tahun 2020, dimana apartemen ini di sebut pembawa sial bagi siapapun yang tinggal disana. Setiap tahun terjadi pembunuhan berantai yang pelakunya tidak dapat di lacak, setiap korban selalu memiliki tanda titik merah di area tertentu seperti tangan, wajah, leher, dan juga kaki. Setiap korban selalu di temukan di lantai 11, bukan lantai 12. Tetapi tak ada satupun yang berani menginjakkan kakinya di lantai itu sejak ada 12 korban yang mati disana. Semua nya bingung, kenapa lantai 12 yang di anggap misterius, tetapi korban selalu ditempatkan di lantai 11, sebenarnya ada apa?

Beberapa warga sekitar termasuk penghuni dari apartemen lantai 1 hingga lantai 11 beranggapan bahwa di lantai 12 ada pembunuh kejam yang mendiami lantai itu. Pembunuhan telah terjadi 3 tahun berturut-turut, tepat di mulai nya ditemukan mayat di lantai 11, terdapat mayat seorang pria paruh bayah berusia 50 tahun tergeletak di lantai dan ditemukan bercak darah di sekitar tubuhnya, namun dokter forensik yang mengecek kondisi tubuh korban tidak menemukan bekas sayatan senjata apapun.

Karena keanehan ini, seluruh polisi yang sedang bertugas di dekat wilayah apartemen itu berada, mengecek situasi di lantai 12. Tapi saat mereka naik menggunakan lift untuk ke lantai itu, mereka tak kunjung kembali. Hingga pada suatu hari, tepat 3 minggu setelah mereka naik kesana, mereka ditemukan tergeletak di lantai 11 dengan bersimbah darah. Tapi, lagi-lagi tak ada luka sedikit pun di tubuh mereka, hanya ada titik merah yang aneh di tubuh mereka.

Setiap tahun terhitung belasan korban yang meninggal, yaitu terdapat 12 orang. Dan selalu saja korban memiliki titik merah di bagian tubuhnya. Korban tidak selalu seorang pria, tapi 6 pria dan 6 wanita. Di tahun ke empat, aku ditugaskan untuk mengecek apartemen itu setiap saat, jadi demi memudahkan, aku dibiarkan tinggal di apartemen itu tepat di lantai 11 dimana selalu ditemukan korban. Awalnya semua berjalan baik-baik saja, namun di minggu ketiga setelah aku tinggal disana, aku sendiri yang melihat 3 korban sekaligus tergeletak di depan pintu apartemen milikku. Aku mengecek bagian tubuh mereka, dan benar tak ada satupun luka yang membuat darah itu keluar. Namun selalu saja ada darah ditempat mereka mati.

Dengan segera aku menghubungi tim kepolisian untuk membawa para korban dan mengecek CCTV, namun setelah di cek tak ada pergerakan mencurigakan dari korban maupun pelaku. Korban yang mati tiba-tiba muncul dengan sendiri nya di depan pintu ku, dan ada sedikit glitch yang tertangkap kamera CCTV. Tapi pemilik apartemen hanya mengatakan bahwa itu mungkin kebetulan dan CCTV nya sedang rusak, namun di saat yang bersamaan, terdengar teriakan yang menggema. Kami semua yang berada di ruangan tersebut berlari ke sumber suara, dan lagi-lagi ada korban yang mati. Kali ini jumlahnya ada 7 orang. Polisi mengatakan sisa 2 korban yang mungkin sebentar lagi akan pembunuh itu habisi.

Tapi setiap perkataan dari pemilik apartemen selalu saja mencurigakan, hingga suatu ketika bertepatan di hari senin, 2 bulan setelah 10 korban ditemukan, ada tim dari pemerintah yang menyelusuri area lantai 11. Tapi sebelum mereka datang, salah satu temanku memberitahuku informasi itu, dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Tugasku disini sebagai pengintai, jadi aku bebas harus melakukan apapun. Sambil menunggu tim yang diarahkan presiden, aku memperbaiki kamera kecil yang akan ku pasangkan di salah satu baju mereka. Aku harus tau, sebenarnya apa yang terjadi di atas sana. Jika mereka kembali hidup-hidup, justru itu hal yang paling mengejutkan dibanding mereka yang menjadi korban selanjutnya.

Terdengar langkah kaki dari arah luar pintu apartemenku, dengan cepat aku keluar dan berpura-pura menabrak salah satu dari mereka untuk memasang kamera tersebut. “Maaf, saya tidak sengaja” ucapku.

Orang itu hanya menatapku lalu pergi setelah mendengar permintaan maafku. Lalu aku kembali ke dalam untuk mengecek apakah kameranya tersambung dengan baik atau tidak, setelah aku melihat di ponsel ku, betapa terkejutnya aku. Aku melihat sebuah ruangan yang sangat besar, disana ada banyak sekali alat-alat aneh disetiap sudutnya. Mereka berbicara menggunakan bahasa yang tidak ku mengerti, lalu aku pun menggunakan penerjemah di ponsel ku, namun baru saja menyalakan nya, mereka sudah berhenti mengobrol dan hanya 1 kalimat yang sempat terdeteksi, yaitu “Zona waktu yang terkutuk ini harus segera di hentikkan!”

Zona waktu? Apa maksudnya itu? Lalu dari rekaman tersebut aku melihat 2 orang yang sedang menjaga di ujung tembok di lantai 12 itu. Aku tidak tau apa yang mereka lakukan, tapi wajah mereka tidak jelas, seperti ada glitch yang menutupi wajah mereka sama seperti glitch yang di temukan saat rekaman CCTV ditunjukkan. Mereka mengobrol kembali tapi hanya obrolan biasa saja hingga malam tiba. Aku melihat rekaman itu dengan rasa bosan, tapi tiba-tiba saja ada glitch di ponsel ku, semua layar ponselku menghilang seperkian detik. Lalu detik berikutnya, rekaman itu menunjukkan seseorang yang tersedot ke dalam tembok yang di jaga oleh kedua orang tadi.

Aku melihatnya lebih dekat, aku baru tersadar. Korban selanjutnya itu, adalah pemilik apartemen ini sendiri. Dengan cepat aku membuka pintu dan keluar mengecek, apakah korban ke 11 ini sudah ada. Dan benar saja, lagi-lagi korban ini muncul secara tiba-tiba dan sudah bersimbah darah. Untungnya aku hanya membuka sedikit pintu ku, jika tidak pasti mereka akan menyudutkan ku bahwa aku yang membunuhnya.

Aku kembali ke ruang tengah dan melihat ke arah ponsel ku, disana terlihat mereka sangat panik dan berusaha menarik pemilik apartemen tapi gagal, semuanya terpental jauh, tapi ada yang aneh. Semuanya terlihat panik dan juga ada yang terpental, namun kedua orang penjaga tembok itu hanya diam saja. Muka mereka datar, kali ini glitch tidak menutupi wajah mereka, wajahnya terlihat sangat jelas. Wajah mereka itu aneh, furnitur wajah mereka hanya ada di sebelah kiri, mata, mulut serta hidung, semuanya hanya ada di sebelah kiri. Di sebelah kanan nya hanya ada darah yang mengucur.

Aku melihat mereka semua terjatuh dengan lemas, ingin sekali rasanya aku kesana untuk melihat situasi yang sebenarnya. Aku terkejut saat mendengar salah satu penjaga itu berbicara, dia mengatakan, “Kami sudah berusaha untuk menutupnya selama bertahun-tahun, kenapa kalian berusahha membuka nya lagi?” Ujarnya

Yang menjawab pertanyaan ini adalah orang yang telah ku pasangkan kamera di bajunya. Dia menjawab, “Kami hanya mengikuti perintah presiden, lalu kenapa kami menjadi korban seperti ini? Zona waktu yang terkutuk ini harusnya sudah di musnahkan sejak lama, asal kau tau!” Ujarnya lalu mendekati si penjaga yang berbicara tadi. “Kalian yang membuka jalurnya, jadi harusnya kalian yang bertanggung jawab!”

Setelah mengatakan itu sebuah glitch yang sepertinya mereka semua lihat telah menewaskan—mengambil jiwa kedua penjaga tembok itu. Mereka semua berlari ketakutan dan berusaha turun menggunakan lift, tapi sayangnya lift nya terkena glitch. Tak disangka sesuatu hal yang tidak ku duga sama sekali. Salah satu dari tim mereka bilang bahwa sisa 1 lagi jiwa yang dapat menutup portal ke zona terkutuk ini. Sebuah kilatan merah yang tiba-tiba muncul di layar ponsel ku, sepertinya kameranya rusak.

Ponsel ku mati, aku berusaha menghidupkannya, namun aku terfokus pada sesuatu di leherku. Terdapat 12 titik merah yang menyebar di sekitar leherku, aku sangat terkejut dan pergi mengecek nya di cermin, ternyata benar, titik itu ada di tubuhku. Akankah aku yang akan menjadi korban terakhir itu? Tapi berita baiknya, aku akan mengetahui apa yang akan terjadi bukan?

Setelah menunggu beberapa saat, terdengar keributan dari luar pintu ku, aku ingin mengecek tapi bisa saja ini adalah cara mereka untuk mengambil jiwa ku. Tapi aku sangat penasaran, dengan hati-hati aku membuka pintu, mataku menelusuri seluruh ruangan di luar. Anehnya, semua yang kulihat bukan area yang sering ku lihat saat ingin masuk ke apartemen milikku. Aku membuka pintu dan melihat ke seluruh ruangan, ada 1 simbol besar yang ada di dinding yang bertuliskan LANTAI 12.

Tentu aku panik dan berusaha mencari sesuatu yang mencurigakan, bukan mencari jalan keluar tapi malah mencari apa yang akan terjadi sebelum aku mati. Glitch yang menewaskan tim tadi muncul lagi, aku melihat ke arah di dalam glitch itu, bentuknya melingkar seperti sebuah portal. Karena penasaran aku memasukinya, disana aku melihat banyak sekali jiwa yang terperangkap di dalam sebuah tabung besar berisi cairan hijau yang aneh. Tapi tabung itu tidak menyentuh tanah tapi bergerak memutari lingkaran portal tersebut. Ada puluhan jiwa yang terperangkap, jadi aku membuat kesimpulan bahwa mereka tidak mati, tapi jiwa mereka telah direbut paksa.

Beberapa menit setelah aku memutari ruangan itu, aku memandangi langit-langit. Disana terdapat sebuah angka dari 1 sampai 12 tertata rapi, tapi semuanya telah retak kecuali angka 12. Telinga ku  tiba-tiba berdenging sangat kencang, rasanya telingaku berdarah. Selang beberapa detik telinga ku sudah tidak sakit lagi. Namun, ada suara yang mengatakan seperti ini.

“Apa kau bersedia membiarkan mereka tetap hidup? Mereka bisa hidup asalkan rantai dari zona waktu ini bisa terputuskan” itu yang terdengar di telingaku, suaranya seperti berbisik.

“Kenapa harus aku?” Tanyaku dan melihat kesana kemari tapi tak ada satupun keanehan yang ku lihat, hanya suara misterius.

“Sebab kau adalah bagian dari rantai itu sendiri. Kau yang menjadi pusatnya, kau pasti bingung dengan glitch buatan ku kan? Maafkan aku murid ku”

“Apa yang kau maksud? Murid? Aku saja tidak mengenali mu, jangan mengatakan omong kosong!”

Dia tertawa keras lalu muncul sebuah glitch dihadapan ku, setelah glitch itu hilang, tampak seorang pria kisaran umur 30 tahun.

“Maafkan aku, perputaran waktu yang terus ku ubah membuatmu melupakan segalanya. Baik, biar aku jelaskan” ucapnya.

Dia menjelaskan secara rinci, dia mengatakan bahwa semua ini adalah rencana nya dengan presiden, mereka bersekongkol membuat pintasan waktu antara masa sekarang dan masa lalu, namun ada kerusakan yang tidak bisa di perbaiki, jadi portal ini rusak dan membuat beberapa dari penghuni lantai 12 jadi mati karena jiwa mereka yang terhisap. Aku melupakan kejadian ini karena efek perputaran waktu yang terus mengulang kejadian yang sama, dan ternyata kejadian ini sudah berulang selama 3 tahun.

Namun kenapa aku terus mengulangnya?  Karena orang yang mengakui ku sebagai muridnya berusaha agar jiwa ku yang menutup portal lintasan waktu ini. Dan untuk mengakhiri nya aku yang harus menggantikan mereka semua yang jiwa nya terperangkap. Lalu aku menolak nya, tapi dia memberi ku tawaran bahwa di masa depan yang akan datang, aku akan terlahir kembali dengan ingatan ini dan sebuah portal yang sekarang ku pijak, dia mengatakan akan memberikan semua ini padaku. Aku tentu masih menolak, untuk apa aku menerima semua ini? Ini tidak berguna bagiku, tapi aku merasa kasihan dengan jiwa-jiwa yang tidak bersalah.

Setelah berpikir panjang akhirnya aku mengiyakan nya, dia sangat senang sekali lalu mengatakan bahwa aku adalah murid kebanggaan nya dan suatu saat jika kami bertemu lagi, dia akan memberikan buku yang berisi penemuannya yang ada di dunia ini dan mengharapkan ku agar mengembangkannya suatu saat nanti.

Semua hasil penelitian nya belasan tahun diberikan olehku, dia berharap aku bisa menghadapi kenyataan ini dan bersabar menunggu waktu untuk kembali dalam tubuh yang berbeda namun jiwa yang sama. Perpisahan dilakukan, tubuhku rasanya tertarik oleh sesuatu, ku pejamkan mataku dan saat membuka aku sudah melayang di atas langit-langit menuju ke angka 12 tadi, tubuhku tergeletak dibawah sana, tapi aku sama sekali tidak melihat sedikit pun darah disana. Jadi aku yang benar-benar mengakhiri nya? Ya, mungkin ini tebusan dosa ku yang menginginkan sesuatu yang mustahil di beberapa waktu yang lalu.

Sebuah cahaya yang sangat terang menyilaukan mataku, di saat itu rasanya badanku hangat tapi sekaligus dingin. Rambut panjang ku tidak terasa lagi, aku berusaha membuka mata dan mengucek mataku. Dan ternyata, aku terlahir kembali, apakah secepat ini? Konyol, perputaran waktu lagi? Tapi untungnya nasib baik masih berpihak padaku.

No More Posts Available.

No more pages to load.