Karya : A. Adinda Bella Pratiwi
Di suatu pagi yang indah di taman yang dipenuhi anak kecil sedang bermain, ada sepasang sahabat menyatakan perasaannya. Aku dan sahabat masa kecil ku ternyata saling mencintai, namun kami tidak bisa bersama untuk waktu yang lama, karena dia mengidap penyakit kanker hati. Tidak apa-apa, aku akan berusaha membuat mu bahagia di saat saat terakhir mu. Maka dari itu kau harus berjuang, bukan demi diriku, tetapi demi dirimu sendiri. Aku yakin pasti kau bisa melakukan ini. Aku akan selalu berada di belakang mu untuk mendukung mu selamanya. Apapun keputusan yang kau ambil, aku akan mendukung mu apapun yang terjadi.
Walaupun aku tidak bisa memiliki mu, membuat mu bahagia merupakan salah satu caraku mencintai mu dan membiarkan mu bebas. Aku hanya mencinta mu, tak ada satupun yang bisa menaklukan cinta ku. Cinta ku tulus padamu, takkan bisa tergantikan oleh siapapun. Kau lah satu satunya kebahagiaan ku. Jika kau bahagia, aku juga akan bahagia, di sisi mu aku akan selalu ada. Susah senang, aku akan berada di samping mu. Entah aku harus melawan maut ku sendiri atau melawan takdir, aku akan melalukan apapun. Hanya demi dirimu, meskipun aku meninggalkan mu, aku berjanji akan selalu menjaga mu. Meski jauh, kau selalu berada di hatiku yang paling dalam. Hanya dirimu lah sumber kebahagiaan ku. Jika kau bahagia, aku akan lebih bahagia.
Untuk itu jangan pernah menyerah akan masa depan, kau pasti bisa melawan penyakit mu dan bersama dengan orang yang kau cintai. Cinta tak harus memiliki, cinta tak harus bersama. Tetapi, jika aku mencintai mu, aku tak harus memiliki mu ataupun bersama denganmu selamanya. Aku cukup membuatmu tersenyum. Aku anggap cintaku ini tulus, kau bisa mengganggap ku gila, tetapi hatiku hanya untuk mu selamanya hingga akhir hayatku, dan hingga malaikat menjemput ku.
Kau tau? Aku selalu berharap kepada tuhan dan semesta agar kau selalu bahagia, dan tak pernah menitikkan air mata. Tapi doa ku sia-sia karena aku tak berjuang sedikit pun. Tapi kali ini, akan aku lakukan segala cara untuk membahagiakan mu.
Kau berhak bahagia, kau berhak merasa hidupmu damai seperti orang lain. Kau tak perlu merasa dirimu itu tidak berharga, semua manusia di dunia itu berharga. Dan seluruh manusia dicintai oleh tuhan. Kau harus tetap menjaga apa yang diberikan oleh tuhan, jangan lepas apapun yang terjadi. Menangislah jika kau sudah tak sanggup, tapi jangan pernah menyerah. Kau pasti kuat. Menangis bukan berarti kau lemah, tetapi karena kau sudah berjuang semaksimal mungkin. Istirahat boleh, tetapi jangan pernah menyerah. Kau masih bisa mengharapkan masa depan yang indah. Kau bisa bermimpi, tapi kau juga harus berjuang untuk mendapatkan apa yang kau inginkan.
Meskipun orang-orang menganggap mu tidak berharga, itu artinga tuhan telah memilih mu sebagai umat yang istimewa. Kau tak perlu mendengarkan omongan orang lain yang membuat mu sakit hati, tetapi kalau kau ingin bangkit dengan cara mengikuti nasihat orang-orang dan menjadikan kritikan mereka sebagai semangat, kau bisa melakukannya. Kau berhak memilih jalan hidupmu, orang lain tak pantas dan tidak memiliki hak untuk mengatur hidupmu. Kau itu berharga, saat ini maupun selamanya.
Sungguh ada banyak kalimat yang ingin ku ucapkan lagi padamu, tapi semua itu pasti akan membuatmu bosan. Aku akan membuat sisa hari-hari mu berharga, aku janji.
Di hari berikutnya kami mendatangi kebun binatang, aku memperlihatkan hewan-hewan menggemaskan padanya. Aku mengajak nya berkeliling dan membawa nya pantai, melihat senyumannya sangat menghangatkan hatiku.
“Arthur, pemandangannya sangat indah! Aku sangat menyukainya” ucapnya kegirangan menatap ke arah lautan.
“Ya sangat indah” aku hanya menatap Laura, dirinya lebih indah dibandingkan pemandangan itu.
Aku menghela napas lega, akhirnya aku bisa membawa mu untuk bersenang-senang dan melupakan sejenak masa depan yang akan terjadi. Laura, ku harap kau bahagia sampai ajal menjemput mu.
“Mau makan seafood?” Tanyaku padanya.
“Ayo, kebetulan aku sangat lapar” jawab Laura.
Kami menikmati angin sepoi sore hari yang menerpa wajah kami, keindahan laut yang memesona. Aku akan terus mengingat semua kenangan indah yang telah kita buat bersama.
Ke esokan harinya, aku mengajak Laura menonton bioskop, dan mengunjungi teman-teman kami. Kami bercanda gurau bersama dan mengobrol tentang masa depan, saat semuanya merasa senang dengan obrolan ini, ada satu orang yang terlihat lesu.
“Ada apa laura? Kau baik-baik saja?” Tanyaku hati-hati.
Dia hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Aku membalas senyumannya, tapi aku tau pasti dia memimpikan masa depan yang indah, namun karena kenyataan pahit bahwa dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi membuatnya sangat sedih. Aku mengganti topik obrolannya dengan cerita di masa lalu saat kami masih berusia 18 tahun, kami menceritakan pengalaman lucu kami dahulu, kulihat Laura tertawa. Ku harap senyuman dan tawa mu bisa bertahan sampai kapan pun.
Sisa seminggu waktu Laura bisa bersama denganku, tentu aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku mengajaknya berkeliling kota menggunakan sepeda, mengajak nya membeli jajanan tradisional, semua telah kami lakukan. Hingga pada suatu hari Laura memberikan saran untuk pergi ke bukit di belakang rumah kami, karena kebetulan juga musim gugur telah tiba pasti anginnya sangat sejuk jadi aku mengiyakan ajakkan Laura.
Kami berangkat di pagi hari dan berjalan menuju bukit itu dengan bersemangat, kami membawa kamera untuk mengabadikan momen yang berharga ini. Setelah kami berjalan beberapa anak tangga Laura mulai kelelahan.
“Masih kuat atau butuh bantuan ku?”
“Tidak apa-apa, kau pasti lelah, jika membawa ku pasti kau akan sangat kelelahan nantinya” ucap nya dengan senyuman.
Dia membuatku khawatir, tapi demi berjaga-jaga aku menggenggam tangan nya di sepanjang jalan. Sesekali kami bernyanyi bersama untuk nostalgia saat SMA dulu, saat hampir sampai ke bukit yang kami tuju, kami singgah sementara untuk beristirahat, aku melihat sebuah keran air lalu menyalakannya dan merasakan suhunya, dan air itu cukup hangat. Aku pun mengajak Laura untuk mencuci muka menggunakan air itu.
“Bagaimana? Apakah terasa segar?” Tanyaku.
“Tentu saja. Oh ya, mari buat kenangan yang sangat banyak di tempat ini!” Dia sangat antusias menunggu untuk pergi ke bukit ini, saat pergi pun dia sangat bersemangat.
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju bukit itu, setelah sampai aku melihat pemandangan kota yang benar-benar menakjubkan. Aku terharu bisa menghabiskan momen ini bersama Laura. Aku mengambil kamera untuk merekam kami berdua, sesekali Laura bercanda tentang perjalanan menuju kemari. Aku hanya tertawa menanggapi candaan nya, hingga suatu ketika langit menjadi mendung. Aku pun mengajak Laura untuk turun dan pulang kerumah. Kami juga sudah mengambil beberapa gambar dan rekaman, ku pikir itu cukup.
Kami menuruni bukit itu lebih cepat saat terasa setetes air hujan mengenai wajahku, setelah sampai di bawah hujan turun sangat deras. Aku mengajak Laura untuk berteduh sejenak, ketika hujan mulai sedikit reda Laura tiba-tiba menarik ku dan mengajak ku bermain hujan. Ya mungkin sesekali, jadi tidak akan sakit juga. Kami bersenang-senang dan mengambil gambar satu sama lain yang sedang basah kuyup.
Aku beranjak untuk mengambil handuk di tas ku, aku mendengar suara mobil yang terus membunyikan klakson nya, tapi aku tidak melihat satupun mobil karna hujan yang begitu deras mengenai kacamata ku. Aku mengelap kacamata ku dan melihat ke arah Laura dan memanggil nya, dia tertawa dan tersenyum padaku, tapi tiba-tiba sebuah mobil yang sangat kencang dari arah belakang menghantam tubuh Laura. Mobil itu bergegas pergi, Laura tergeletak lemas dengan darah yang mengalir di sela hujan.
Aku benar-benar panik dan lemas, aku menghampiri Laura dan menangis sejadi-jadinya. “Lau, bertahan lah. Aku akan membawa mu ke rumah sakit”.
Aku melihatnya menggeleng, tangan nya terkulai lemas dan sepertinya tangannya patah akibat tabrakan tadi. Aku berusaha meraih ponsel ku dan memanggil nomor telepon darurat. Setelah menelfon ada sirine ambulance yang mendekat, aku segera berteriak untuk memberitahu keberadaan kami. Aku membantu memindahkan Laura ke dalam ambulance, darah di kepala nya keluar sangat deras. Sesampainya di rumah sakit dia ditangani oleh dokter yang merupakan kenalan ku dan Laura. Tentu aku harus menunggu bagaimana keadaan nya, setelah dokter itu keluar dia memperlihatkan wajah aneh.
“Than? Laura baik-baik saja kan, nathan? Jawab aku!” Aku menggoyangkan bahu nya tapi dia menangis. Ada apa? Laura pasti baik-baik saja.
“Laura telah tiada. Maafkan aku arthur, dia tidak bisa ku selamatkan”
Setelah mendengar perkataan Nathan entah kenapa seperti ada petir yang mengenai ku, aku lemas, tak kuat menahan tangis. Aku bergegas memasuki ruangan Laura, namun aku dicegat oleh beberapa dokter. Aku terus meneriaki nama Laura.
“Laura! Ku mohon bangun, kau berjanji akan meninggalkan ku dengan senyuman, bukan tangisan seperti tadi. Laura, tolong!”
Kepala ku tiba-tiba sangat pusing, rasanya mataku terasa akan tertutup. Sebelum pingsan aku meneriaki nama Laura.
Suara bel yang menandakan istirahat sudah selesai, aku terbangun di meja ku dengan wajah yang basah. Tunggu? Dimana ini? Laura dimana? Kenapa aku disekolah? Belum sempat mencerna apa yang terjadi, Laura muncul di hadapan ku dengan senyumannua.
“Arthur, kau tidur sepanjang jam istirahat kan? Ini, aku membelikan roti pizza dan susu pisang kesukaan mu” dia memberikan nya sambil tersenyum.
Mimpi? Itu semua hanya mimpi? Syukurlah. Dengan cepat aku menarik Laura ke dalam pelukan ku, tidak peduli apa yang dikatakan orang lain. Aku baru sadar, umurku baru 18 tahun dan selama aku memimpikan Laura umurku sudah 25 tahun. Aku akan mengungkapkan semuanya sebelum terlambat. Aku akan berusaha untuk membuatmu sembuh, sebelum kau semakin menderita, aku janji, Laura.